Sabtu, 28 September 2013

HANYA SEDIKIT BENGKOK

tidak banyak yang kupinta
hanya sedikit sudah cukup
kita tidak pernah hancur
hanya sedikit bengkok
kita bisa belajar mencintai lagi
semua luka kita sudah tertulis di hati
cinta kita tidak pernah hancur
hanya sedikit bengkok
 

Minggu, 22 September 2013

PIALA BERGILIR


piala bergilir itu tidak elok
pesertanya badut-badut nakal
mereka melucu dengan mainan
lalu mencampakan diri kedalam selokan
hanya demi segenggam kesenangan
anak-anak dan perempuan selalu jadi korban
bahan lelucon nan menawan
setelah itu dibuang
piala bergilir itu tak pernah elok
sering dibersihkan dengan alkohol
warnanya selalu lunturbentuknya selalu begitu
badut-badut membuatnya jadi mainan
tempat mereka di jalanan
takut pulang ke rumah
digilir tiap musim dengan kompetisi
yang ditebar hanyalah nafsu

hingga malu bersusun pada tingkat maha kokoh
piala bergilir itu hanya untuk kesenangan
hanya untuk keinginan
bukan untuk kebutuhan

September 2013  

Kamis, 19 September 2013

JALAN



tiga tahun aku melewati jalan biasanya
melintasi gunung terpangkas serupa punggung letih
menyeberang jembatan, sungai, tengah kota

melewati klenteng bercat kuning merah pahatan naga

tiga tahun kulepas pagi senja di route itu
hingga tak kuingat lagi apa berubah di sana
semua jelas sekaligus samar
sejatinya selalu kulupa
biar tak jadi luka

sebab tak ada bisa menerka
kelam di depan
kecuali terus berjalan

antara jijik dan bernafsu
kuhabiskan tahuntahun di jalan itu
seakan demarkasi antara yang hidup dan yang mati
mesti kulewati, berjalan kaki atau dengan angkot
sambil sesekali mengingat tubuhtubuh kenangan
tak bernyawa meruap di debu jalan

ada wajahwajah kita kenal menghilang
wajahwajah baru lalulalang mampir memperkenalkan
seakan dua musim, panas hujan suatu lumrah

tapi ada pula harus kumuliakan di jalan ini
itu tentang seorang perempuan
entah bagaimana ia mau menikmati jalan yang sama
wajahnya cerah kendati cuaca di bandar
mengibar bendera pekat. tiangtiang berkarat

--di hatiku penat tak lagi kucatat—
karena penat bergasing sepanjang usia perjalanan
sangat kuhafal, lalu kubiarkan
meski aku merasa tubuhku mulai loyo
nafasku kian engah
harus menyusuri hingga semua langkah
tunai dan tanggal

itu mungkin karena alisnya terawat
betisnya licin padat
ia menemaniku tuntas susuri semua kelokan
lalu mencumbuku di pagi, menjalani jalan itu lagi

petakpetak grosir, meja kakilima, bendi dan gerobak
sudah bertahuntahun mengakrabi peluhku saat jatuh di litasan itu
terlindas mobil, para pejalan, dan disapu penyapu jalan

--hidup adalah terus bergerak—
terpiuh, lululantak
sekadar catatan boyak
tak lagi kutengkarkan
tapi juga tak kuaminkan

sebab di mata perempuan itu
telah kutemukan sesungguhnya Tuhan.

Senin, 16 September 2013

PERBAIKAN DALAM PERUBAHAN

Dia yang tidak pernah mengubah pendapatnya, tidak pernah memperbaiki kesalahan-kesalahannya, sehingga dia tidak pernah mencapai kedewasaan yang patut dihormati.

Kehebatan masa depan seseorang ditentukan oleh seberapa cepatnya dia berubah menjadi pribadi yang lebih bersegera tindakannya, yang cepat meninggalkan kekecewaannya, yang berharapan baik, yang penuh kesyukuran, dan yang selalu mengupayakan dirinya menjadi penyampai keuntungan yang lebih baik bagi orang lain.

Berubah memang tidak menjamin tercapainya perbaikan, tapi tidak ada perbaikan yang bisa dicapai tanpa perubahan.
(Mario Teguh)

Sabtu, 14 September 2013

LORONG

Jembatan batu di sebelahku diam
Pancuran bambu kecil memercikan air
Menghempas di atas batu hitam
Merintih, menikam sepi pagi
Kucup-kucup cemara bergoyang-goyang
Diterpa angin dingin bukit ini
Sperti mengisyaratkan doa
Rahasia alam diam meski tak hanya
Disinipun aku mencari engkau
Setiap kali kupanggil namamu
Namun selalu saja hanya gema suaraku
Yang terdengar rindu

Gadis manis duduku di sebelahku
Menyematkan kembang di saku bajuku
Dan bercerita tentang sepasang burung
Yang bercumbu di atas dahan
Tetapi sepi tetap bergayung di dada
Selalu kuteriakkan kata dimana
Tetapi rindu tetap bergayung di dada
Selalu kuteriakkan kata dimana

Ketika pulang aku turun ke kali
Dan berkaca di atas air
Melihat wajahku letih dan tua
Tapi aku berusaha tertawa
Anggap hidup hanya sandiwara
Yang kan berakhir segera


Kamis, 12 September 2013

DALAM GETAR YANG GETIR

ku tinggal menapak
serpih sisian jalan
dari pilihan yang telah
kau gariskan
....karena pula tak ada
ruang tuk sekadar buatmu
menyadari sepenuhnya
jika segalanya menjadi asing
dan ku tersakiti berkalikali
oleh selembar tatapan itu
...karena pula seperti
ku tak punya alasan
atas sebuah kenyataan
yang kita yakni bersama
keberadaannya
...dalam sejuta hening
di hulu yang kau sembunyikan
buatku tetaplah sebuah keindahan
yang olehnya ku dimampukan
tersenyum
dalam getar yang getir.

TERPASUNG KENYATAAN

Ku selalu menyimpanmu
di tempat paling dalam
meski sangat mungkin
semua telah berujud ketiadaan
tergilas oleh kekar waktu
terlindas oleh mekar jarak
samar antara ada dan tiada
ku lihat dan rasakan
sangat perlahan
semua aksara serta lisan(mu)
terpasung kenyataan
dan hari ini kusimak semua
menjadi seperti tiraitirai gemawan
ku hanya mampu memandang belaka
lapat ketika terang siang memudar
langit yang sama bersulam temaram
di sana tersimpan cuil kisah itu

KUTAK RELA (Lirik Dua Band)

Sebenarnya ku tak rela 
Meninggalkanmu dengan yang lain
Sesungguhnya sejak saat itu 
Bayangan dirimu melekat dihati
Namun kini kau telah pergi 
Mungkin cinta tak harus memiliki
 
Kau takkan hilang 
Tak pernah hilang 
Meski tak berhenti 
Ku mencoba lupakan dirimu
Kau takkan hilang 
Tak pernah hilang 
Kan selalu terpendam 
Menjadi kenangan
Sebenarnya ku tak rela
Meninggalkanmu dengan yang lain

Sabtu, 07 September 2013

KUPANGGIL NAMAMU

Karya: WS. Rendra

Sambil menyeberangi sepi
Kupanggili namamu, wanitaku
Apakah kau tak mendengar?
Malam yang berkeluh kesah
Memeluk jiwaku yang payah
Yang resah
Karena memberontak terhadap rumah
Memberontak terhadap adat yang latah
dan akhirnya tergoda cakrawala
Sia-sia kucari pancaran matamu
Ingin kuingat lagi bau tubuhmu yang kini sudah kulupa
Sia-sia
Tak ada yang bisa kucamkan
Sempurnalah kesepianku
Angin pemberontakan menyerang langit dan bumi
Dan duabelas ekor serigala
Muncul dari masa silamku
Merobek-robek hatiku yang celaka
Berulangkali kupanggil namamu
Dimanakah engkau wanitaku?
Apakah engkau sudah menjadi masa silamku?

Kamis, 05 September 2013

REDAH

Badai menghajarku
Perahuku oleng dua purnama
seribu kuda dayung kukayuh
letihlah lenganku untuk maju
diseret kencang bidukku
menerjang bergunung-gunung gelombang
meregang
tegang
aku tenggelam
sebuah nusa tak kunjung kugapai
aku semakin dekat ke kaki langit
dimana peri menantiku membawa pergi
kubiarkan diriku tenggelam dalam lelah
belajar tentang semua yang belum pernah kutahu
lalu aku terbenam
badai di hatiku redah

Selasa, 03 September 2013

SEBARIS TANGIS

Sunyi ini tinggallah sunyi
Tanpa kata selain sehelai
ratap di dahan-dahan rindang
tempat angin singgah bercengkerama dengan daun
nyanyikan sebait kisah yang telah lama pergi
Masih ada berkas-berkas saat sebaris tangismu pecah
Saat semua menjadi rimba
Aku merelakan sepenggal waktu 
sekadar basuh airmatanya deras menitik
Itu jejak yg telah silam
Tak akan diingat lagi harihari ini
Saat semua kita telah dihempas sang karang

Senin, 02 September 2013

PERIHAL BUNGKUS dan ISI

Hidup akan sangat melelahkan, sia-sia dan menjemukan bila Anda hanya menguras pikiran untuk mengurus BUNGKUS-nya saja dan mengabaikan ISI-nya. Bedakanlah apa itu "BUNGKUS" nya dan apa itu "ISI" nya.

Rumah yang indah hanya bungkusnya, tapi Keluarga Bahagia itu isinya; Pesta pernikahan hanya bungkusnya, tapi Cinta kasih, Pengertian, dan Tanggung jawab itu isinya, Ranjang mewah hanya bungkusnya, tetapi Tidur nyenyak itu isinya; Kekayaan itu hanya bungkusnya, tetapi hati yang gembira itu isinya.


Makan enak hanya bungkusnya, tetapi Gizi, energi, dan sehat itu isinya, Kecantikan dan ketampanan hanya bungkusnya, tetapi Kepribadian dan Hati yang tulus itu isinya; Bicara itu hanya bungkusnya tetapi tindakan nyata itu isinya.


Buku itu hanya bungkusnya tetapi Pengetahuan adalah isinya, Jabatan hanya bungkusnya, tetapi Pengabdian dan pelayanan itulah isinya; Pergi ke tempat ibadah itu bungkusnya tetapi Melakukan Ajaran Agama itu isinya, Kharisma hanya bungkusnya, tetapi Karakter adalah isinya.

Minggu, 01 September 2013

DUA KEPING

Tulisan ini ditulis pada 16 September 2012 pukul 21:52 dengan judul Dirgantara dan Yunita. Aku simpan di sini saja dengan mengganti judulnya "Dua Keping". :)

Dirga adalah sosok yang praktis, realistis, dan biasa saja, di dalam dirinya ada dorongan alamiah untuk berbisnis atau menjadi mekanik. Meskipun ia tidak tertarik pada mata pelajaran yang menurut dirinya tidak berguna atau diperlukan. Dirga ingin mengatur dan menjalankan semua rencana dalam sebuah kegiatan. Pria lugas itu adalah administrator yang baik.  Tetapi dia adalah orang yang menyenangkan dan tidak ragu untuk berkomunikasi mengutarakan pendapat dan harapan kepada orang lain.

Hidupnya dalam dunia fakta dan kebutuhan. Dia hidup di masa sekarang, dengan mata yang terus-menerus memindai lingkungan pribadinya untuk memastikan bahwa semuanya berjalan lancar dan sistematis. Dia menghormati tradisi dan hukum, dan memiliki standar dan keyakinan. Dirga mengharapkan hal yang sama pada orang lain, dan tidak memiliki kesabaran pada orang yang tidak menghargai sistem ini. Orang macam Dirga menghargai kompetensi dan efisiensi, dan ingin melihat hasil yang cepat untuk usaha mereka.

Dia memiliki sebuah visi yang jelas. Percaya diri dan agresif. Dia sangat berbakat menyusun sistem dan rencana, dan bisa melihat apa langkah-langkah yang perlu diambil untuk menyelesaikan tugas tertentu. Kadang-kadang ia bisa sangat menuntut dan kritis, karena memiliki keyakinan yang dipegang teguh, dan cenderung untuk mengekspresikan diri. Dirinya sangat lurus ke depan dan jujur.

Dirga adalah sosok Guardian yang biasanya merupakan contoh dan pilar masyarakat. Dia mengambil komitmen dengan serius, dan mengikuti standar sebagai “warga negara yang baik”. Dia menikmati saat berinteraksi dengan orang, dan suka bersenang-senang. Dirinya bisa sangat riuh dan menyenangkan di acara-acara sosial, terutama kegiatan yang difokuskan pada keluarga, masyarakat, atau pekerjaan.

Para quardian semacam Dirga perlu diperhatikan kecenderungan untuk menjadi terlalu kaku, dan menjadi terlalu berorientasi pada detail. Karena mereka menempatkan banyak beban dalam kepercayaan mereka sendiri, penting bahwa orang seperti Dirga ingat untuk menghargai masukan (pendapat) orang lain. Jika dia mengabaikan sisi “merasa” nya, dia mungkin memiliki masalah dengan pemenuhan kebutuhan untuk keintiman, dan tanpa sadar bisa melukai perasaan orang lain dengan menerapkan logika dan alasan untuk situasi yang menuntut sensitivitas lebih emosional.

Dirga serba praktis, realistis, berpegang teguh pada komitmen. Tegas, cepat bergerak untuk melaksanakan keputusan. Pandai mengatur proyek dan berusaha mendapatkan sesuatu, fokus untuk mendapatkan hasil dengan cara yang paling efisien. Menyukai rincian dan rutinitas. Memiliki standar logis, sistematis dan ingin orang lain juga mengikutinya. Kuat dalam melaksanakan rencananya.

Kuncinya Dirga adalah seseorang dengan karakter suka mengatur orang, analitis, pemecahan masalah di tingkat fungsional, mengembangkan dan menjalankan proses dan prosedur. Bakatnya bekerja untuk mengurus manajemen dan administrasi, penegakan hukum, manajer bisnis, teknisi, produksi.

Dirga bertemu dengan kekasihnya pada tahun 2010 yang lalu di sebuah kedai dan sangat mencintai kekasihnya. Kekasihnya adalah Yuni. Yuni  adalah orang yang damai dan santai, prinsipnya “hiduplah dan biarkan hidup”. Ia menikmati mengambil hal-hal sesuai dengan kemampuannya dan cenderung untuk hidup di saat ini. Meskipun tenang, ia menyenangkan, perhatian, peduli, dan dikhususkan untuk orang-orang dalam hidupnya. Meskipun tidak cenderung untuk berdebat, Yuni bisa mengungkapkan pandangannya, terutama nilai yang penting bagi dirinya.

Pandangan dirinya didasarkan paham saat ini, disini dan sekarang. Yuni sangat sensitif terhadap lingkungannya, selaras dengan persepsi pancaindranya. Dia sangat sensitif untuk menyeimbangkan dan memahami dengan baik apa yang dilakukan atau tidak sesuai, baik dalam sebuah karya seni atau aspek lain dari kehidupannya. Yuni cenderung emosional, berpengetahuan luas dan empati terhadap orang lain.

Orang semacam Yuni ini hidup di dunia perasaan. Dia tajam selaras dengan cara melihat, merasa, bersuara, perasa. Memiliki apresiasi estetika yang kuat untuk seni, dan cenderung menjadi seniman dalam beberapa bentuk, karena mereka luar biasa berbakat untuk menciptakan dan menyusun hal-hal yang akan sangat mempengaruhi indera. Dirinya memiliki satu set nilai-nilai yang kuat, yang berusaha untuk hidup konsisten dan memenuhi kebutuhan dalam hidupnya. Dia perlu merasa seolah-olah sedang menjalani kehidupannya sesuai dengan apa yang dirasakan benar, dan akan memberontak melawan apa pun yang bertentangan dengan tujuannya. Dia cenderung memilih pekerjaan dan karir yang memungkinkan dirinya melakukan kebebasan menuju terwujudnya nilai berorientasi tujuan pribadinya.

Yuni cenderung tenang dan pendiam, dan sulit untuk mengenal dengan baik. Mereka memegang kembali ide-ide dan pendapatnya kecuali pada orang yang dekat dengan dirinya. Dia cenderung untuk bersikap baik, lembut dan sensitif dalam berhubungan dengan orang lain. Dirinya tertarik untuk berkontribusi dalam perasaan masyarakat tentang baik makhluk dan kebahagiaan, dan akan menempatkan banyak usaha dan energi untuk tugas-tugas yang mereka yakini.
Ringkasnya Yuni adalah sosok yang tenang, ramah, sensitif dan baik. Lebih suka menikmati saat ini dan apa yang terjadi di sekitar mereka. Ingin memiliki ruangnya sendiri dan bekerja dalam kerangka waktunya sendiri. Loyal dan berkomitmen terhadap nilai-nilai dan untuk orang-orang yang penting bagi mereka. Tidak suka perbedaan pendapat dan konflik, tidak memaksakan pendapat atau nilai-nilai pada orang lain. Kuncinya sosok Yuni adalah sosok pembujuk yang lembut dan sensitif. Bakatnya berkarier sebagai relawan, wirausaha, kerajinan dan seniman.

Sayangnya, kedua sosok ini bertentangan, dan menurut Anda bagaimana mempersatukan kedua insan yang berbeda tetapi saling mencintai ini? Berhasilkah mereka jika kelak membangun bahtera rumah tangga?

Jumat, 30 Agustus 2013

SKETSA RESAH

usai ceritamu, aku berdoa ke langit lapis tujuh
agar selalu bertemu engkau
tapi aku kehilangan dikau
juga jejak menuju gang dulu bernama rindu
meski ke situ aku setia mengantar mengenangmu
kini tak lagi kutemukan bayang senyummu
selain kepedihan daundaun luruh
resah batubatu hitam dipeluk sunyi
tanpa angin dulu mengibas rambutmu

ke mana pergi dikau cintaku
dibawa silam merentang kafan pada serpih rindu
menitminit tak lagi klenengkan suara genta setiap nada hatimu
meski berkalikali aku ingin bersua denganmu di gang itu
hatiku tak lagi mengenal keindahan gerak jiwamu
selain sketsa resah menghadang dari pintu gang
hingga ke ganggang gelap dalam jiwaku

sepanjang jalanan berkalikali kuraih jumputan angin
sambil berharap bertemu bau tubuhmu
kutemukan bau asing tak kukenal

kemana pergi dikau cintaku
dalam kebencian yang tibatiba mendepak engkau dari aku
aku mencarimu dalam perasaan terluka
aku mencarimu cintaku
kemana pergi dikau

Selasa, 27 Agustus 2013

YANG TUMBUH DI SEKUJUR MALAM

bisikan-bisikan itu tak akan pernah kudengar lagi
kisah itu pun telah berhenti menjadi sebuah dongeng
tentang mawar atau duri yang tumbuh di sekujur malam

kini, perempuan itu telah pergi, melepas sayapnya
kembali berkubang di kedalaman liang malam
mungkin di sana memang tempatnya berdiang
menikmati keluhan dengan erangan panjang

bisikan-bisikan itu tak akan pernah lagi kubaca
sekalipun dalam bahasa napas puisi
sebab bagi perempuan itu semua adalah petualangan

aku akan mengenakan sayap, jika akan terbang, bisiknya
seraya menanggalkan setiap impian pada sayapnya
hingga impian itu menyeberangi malam menuju fajar
hingga terbakar di sana dengan tawanya yang lebar

sejak saat itu, perempuan itu, mengatup rapat mulutnya
dari setiap dongeng dan impian dari sebuah dunia nyata
karena di sana dirinya hanya sesosok bayangan

Karya: Remmy Novaris 

Minggu, 25 Agustus 2013

TERKUBUR

Sebaris jejak yg tak pernah lusu
Diterbangkan angin diterjang terik
Meski tinggal serpih dalam ratus keping
Masih kukenali pias rupamu 
di antara desing waktu yang memar
Antara merajut rekah luka silam 
dan sebait kehendak menyulam rembang esok
Tak harus ada sengketa juga amarah
Semua telah terkubur sekuat kita mencampakannya


Kamis, 22 Agustus 2013

TERGETAR

ku selalu tergetar seperti gemuruh lindu
Saat menapak baris ingat tentang pagutanmu
Ketika hari menjadi panas isi kepalaku ikut membara
Merekareka waktu yg masih berkerumun di benak
Kenapa masih ada ujud ingatan itu
Yang slalu buatku senyap sedalam samudera
Kenapa masih selalu muncul
Sebaris tatapmu yg nyalang
Ketika dengan sepenuh hasrat ku berpacu di atas hangat dekapmu
Ini siang keseribu yang menusuk ingatku


Selasa, 20 Agustus 2013

HARI-HARI WAJAHMU

Kau adalah sepenggal waktu yg singkat
dengan kesan yg teramat dalam
berdiam di dasar batinku
sekuat gemuruh ombak hempaskan karang
dan kau adalah cerita yang tak pernah usai dikisahkan
Jika harihari ini kuberusaha menepismu
Harihari ini juga lembar wajahnya terngiang
Menembus hayalku dan semua tentang hangat hadirmu


SEKILAS AROMAMU

Begitu cepat waktu berlalu 
saat kau jauh dari rasa cintaku 
dan ku merisaukan saat mau ingin dekatmu 
Saat senja berlalu dan selembar malam luruh
kembali selembar wajahmu jatuh di jiwaku

ada bayanganmu di mataku 
dan senyummu membuatku rindu

Kuhirup aroma seperti harummu 
penuhi sgala rasaku
dan ketika sekilas itu terhirup
aku mencaricari wajahmu
di semua penjuru
meski kemudian sadarku 
jika kau telah raib jauh 
Wewangian itu mengusik bathinku
hanya oleh sesaat angin 
menghanyutkannya di sampingku




Minggu, 18 Agustus 2013

KENANGAN SEBUAH PETANG

kenangan tentangmu adalah ribuan siput
menyerap batang di sebuah petang, hingga malam
meliang pada semua rongga ingatan akan pesisir ini
dengan sejarah pasir yang dulu melumurimu

semua begitu saja tersibak saat ombak jauh menyurut
dari pemandangan rumah cangkangcangkang itu

kau masih di sini ternyata dalam puluhan tahun yang runtuh
berharap laut terbelah buat melanjutkan perjalanan dulu tertunda
kendati tiangtiang tanggul penahan ombak tak lagi menyimpan jejak
kesakitan yang kau endap

bagaimana kau membebat pulaupulau di depan kota
yang terus berubah ini, hingga tetap saja melankoli
seperti warna pipimu ketika pertama kali kusentuh
di tepi hari yang begitu utuh kau seduh

tibatiba aku ingat beberapa frase pesanmu:
“cintai aku di setiap ziarahmu ke pesisir ini
aku selalu di sini pada helaihelai dedaun yang tumbuh
bila nanti aku telah ke langit
selembar sayapku akan selalu di sini
buat kau terbang mengikutiku
atau setidaknya mampirlah di akhir mimpiku”

sesaat dan mungkin berabadabad
akan kusisakan airmata seihklas laut dengan warna celedoninya
ia yang merawat segala terindah pernah kau pahat
tepat di lubuk, dimana cintaku berhulu
Pantai Talawid - Siau Barat Selatan - Sitaro, Maret 2013

 Pantai Budo - Minahasa Utara, Januari 2011
 Hutan Bakau di Pulau Buhias, April 2013

SEBAIT LARA

Telah kularungkan semua tentangmu
Agar tak ada apapun jejak yang mempertautkan kita
Seperti ketika hujan menghapuskan rekah debu oleh dera mentari
Usailah segala yang pernah kita anggap sebagai cerita
Dan ijinkan ku melihat segalanya 

sebagai silam masa dalam rentang waktu
Biarkan semua jadi sebait lara


Sabtu, 17 Agustus 2013

SELEMBAR INGAT

Ada seribu sepi menari di puncak hati 
saat selembar parasmu melintas 
Desir angin ditimpa gemericik daun ketapang 
Bagai dendang pantai penuhi tak berdayaku 
oleh dahaga akanmu 

Dan ku selalu harus menindih ribu senyap itu 
Walau dalam diam perih ini menyalipku 
Mencaricari ruang untuk menepis kehampaan 
oleh raibmu



Rabu, 14 Agustus 2013

IJINKAN AKU MENGINGATMU

Ijinkan ku sekali lagi mengingat wajahmu
menelusuri jejak waktu kala tangis juga tawamu meriap
di beranda senyap yang selalu buatku betah
mendengar cerita juga menatap matamu
dan kau biarkan tanganku merayap
hingga diam dan nafasmu memburu
kelokan jalan yang menanjak
dan gugur daun akasia
semua telah pergi mengering
di sudut waktu
sambil kita melupakannya satusatu.

 

IHWAL ANAK-ANAK

Anak-anakmu bukanlah milikmu!
Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri
Mereka terlahir melalui engkau tapi bukan darimu
Meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu 
Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan pikiranmu
Karena mereka memiliki pikiran mereka sendiri 
Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh tapi bukan jiwa mereka,
Karena jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok, yang tak pernah dapat engkau kunjungi meskipun dalam mimpi
Engkau bisa menjadi seperti mereka, tapi jangan coba menjadikan mereka sepertimu
Karena hidup tidak berjalan mundur dan tidak pula berada di masa lalu
Engkau adalah busur-busur tempat anak-anakmu menjadi anak-anak panah yang hidup diluncurkan
Sang Pemanah telah membidik arah keabadian, dan Ia meregangkanmu dengan kekuatannya sehingga anak-anak panah itu dapat meluncur dengan cepat dan jauh...
Jadikanlah tarikan tangan sang Pemanah itu sebagai kegembiraan,
Sebab ketika Ia mencintai anak-anak panah yang terbang,
maka Ia juga mencintai busur yang telah meluncurkannya dengan sepenuh kekuatan. ~
[Kahlil Gibran]
 

Selasa, 13 Agustus 2013

IA HANYA INGIN CINTA

di sebuah jalan setapak yang sunyi aku
dan kau masih sempat berpeluk dingin malam
ketika cinta hendak rontok dari pohonnya
sangat terasa di jantung kita
cinta kasih seperti daun ditiup angin
dendam tak diharap setelah perpisahan itu
meski tangisnya tak mengeluarkan sebutir airmata
karena sumur di matanya telah kering

Pun cintanya
pipinya yang tak pernah lembut
sementara kumis ubanan masih menempel
di dinding hatinya yang keriput
terlalu usang untuk kembali riang
merangkai kisah yang sudahsudah

dengan gontai cintaku pergi ke bilik tangisnya
di sebuah gedung yang dibuat dari peluh kasih berdua
yang sebentar lagi akan menjadi rumah kebahagiaannya
kemudian mengunci rapat isak bibirnya di sudut kamar

ia hanya ingin cinta
tanpa tekanan
ia hanya ingin merdeka dari rasa malu yang panjang
lalu tega dipisahkannya hati dan jantung dari kehidupan
sambil berharap duapuluh menit
sebagai duapuluh tahun masa menunggu
setidaknya cinta bersua jiwa.
   

14 Agustus 2013
03.03 wita Meras-Cempaka  
 

SEANDAINYA KAU PULANG

aku tahu kau ingin pulang
menemui semua yang kau rindukan

pulau, jejak ibunda, sanak keluarga
mungkin juga ada sosok kau sebut cinta

sudahkah kau punya peta tentang sisi jalan
jalan yang sudah lama kau tinggalkan
hingga kau temukan lagi marka, silsilah, artefak dan…
semua kenangan yang kini tak lagi kau hafal. kecuali laut itu

di laut itu keteguhan tinggal ada pada gelombang
dan kelenjarkelenjar ombak menjalar hingga ke ujung petang
mengabadikan rupa warna paling kau kenang dari tawa ibunda
juga lambaian orangorang pada pesta perpisahan

selebihnya, tinggal reruntuhan berhamburan
ke lantai samudera paling gelap
dengan sejarahnya yang telah lama ikut tenggelam

mungkin kau akan ingat musim ketapang berbuah
atau tarian dedaunan pandan di harihari berangin
perahuperahu melabu dan pergi membiar bandar sepi
seakan pulau ini kekasih ihklas menanti

kecuali bebunyi hujan menakutkanmu di masa kecil
semua telah berubah lebih menakutkan lagi
seperti bunyi mesin gergaji menumbang kenangan terakhir
dari semua pangkal yang akan kau sesali
bila tiba nanti

pelepah pinang tempat burung burung meniti
pun telah mengering menanti kau kembali
menyiangi benih di petak ladang peninggalan moyang

padahal seperti ibunda, mereka ingin di sana ada nyanyi kepodang
yang selalu kau puisikan untuknya
dalam metafora burung bersayap kuning keemasan
yang pandai mengulang segala yang indah di nadi saman

di enemawira pasirpasir pesisir itu menyimpan bau garam
buat semua mimpimu yang sempat karam
katamu akan kau asah lagi di ketajaman karang

kini musimmusim menumbuhkan lumut ke bahu bukit batu
ke tiangtiang mercusuar. perahumu belum juga datang

seandainya pun kau datang, puisi apa yang akan kau tuliskan
di tengah pulau yang ramai dengan pemandangan makam


 
Karya dari sahabatku: Iver Tinungki

Senin, 04 Februari 2013

LIMA HARI GELORA CINTA

Langkahmu ternyata pasti
mengayu ke labuhan di ruang tunggu
di sana kita saling mencari
kutemukan dirimu nyaris lelah menunggu

masih ada sedikit benci terlukis di dahimu
sebagai guratan kasar dari cintaku yang menderitakanmu sejauh jalan kita
dan banyak lelah untuk karya yang telah kubuat itu
sekiraku mengasa cintamu dan menajamkan lakumu

dari tepi dermaga kulempar sebongkah rindu
tertangkap oleh mata polos beningmu
lalu kupetik sarang madu di dagu manismu

walau baru bertemu sewaktu
hatiku telah bergetar seabad yang lalu
aku terus memompa kecamuk rindu
arus menguat dan gelombang menggulung cintaku di antara pasukan kecoak yang cemburu
nyamuk jadi malu
ikan berhenti berenang
sementara bulan akan beringsut surut
hanya laut yang terus mendendang senandung rindu
mencurahkan gejolak rinduku di kulit mulusmu

dari mulutmu dan mulutku melesat gumam dan kagum sekaligus
pertanda heran dan cinta menjadi satu
kembali menjadi satu
meski masih malu-malu

Tapi laut segera pergi
kuturunkan layar cintaku
karena kau tak seperti dulu lagi

Terketuklah cintamu
bergetar nadi cinta yang hidup
jantungku

menggelora dalam bahasa, semangat dan menggulung ombak
cintamu dan cintamu berpadu di malam kedua
menggiring kita ke samudera lepas
melepas cinta hingga total
aku menjadi kau dan kau menjadi aku oleh getar
setiap getar adalah akar
sumber kehidupan kita

geloramu dan geloraku adalah satu
kita menemukan milik yang selama ini hilang
lalu kita bicara tentang kesucian
bahwa cinta adalah suci
suci adalah cinta
sedangkan aturan adalah penjara yang menyiksa
cukuplah itu di malam kedua

aku dan kau tak terpisahkan
getarmu menarik jantungku kedalam dirimu
hidup di dalamnya seumur waktu
mencintaimu
mencintaiku
dari malam ketiga
keempat dan kelima
sampai kekallah cinta kita
di setiap hari
setiap waktu 


Selasa, 29 Januari 2013

Sayap-sayap Patah (Khalil Gibran)

Wahai langit ....
Tanyakan pada-Nya 

Mengapa Dia menciptakan sekeping hati ini ....
Begitu rapuh dan mudah terluka ....
Saat dihadapkan dengan duri-duri cinta 

Begitu kuat dan kokoh ....
Saat berselimut cinta dan asa ....
Mengapa Dia menciptakan rasa sayang dan rindu di dalam hati ini ....
Mengisi kekosongan di dalamnya 

Menyisakan kegelisahan akan sosok sang kekasih Menimbulkan segudang tanya ....
Menghimpun berjuta asa ....
Memberikan semangat juga meninggalkan kepedihan yang tak terkira ....
Mengapa Dia menciptakan kegelisahan dalam jiwa ....
Menghimpit bayangan ....
Menyesakkan dada ....
Tak berdaya melawan gejolak yang menerpa ....
Wahai ilalang ....
Pernahkan kau merasakan rasa yang begitu menyiksa ini ? Mengapa kau hanya diam ....
Katakan padaku ....
Sebuah kata yang bisa meredam gejolak jiwa ini ....
Sesuatu yang dibutuhkan raga ini ....
Sebagai pengobat rasa sakit yang tak terkendali ....
Desiran angin membuat berisik dirimu ....
Seolah ada sesuatu yang kau ucapkan padaku ....
Aku tak tahu apa maksudmu ....
Hanya menduga ....
Bisikanmu mengatakan ada seseorang di balik bukit sana ....
Menunggumu dengan setia ....
Menghargai apa arti cinta ....
Hati terjatuh dan terluka ....
Merobek malam menoreh seribu duka ....
Kukepakkan sayap - sayap patahku ....
Mengikuti hembusan angin yang berlalu ....
Menancapkan rindu ....
Di sudut hati yang beku ....
Dia retak, hancur bagai serpihan cermin ....
Berserakan ....
Sebelum hilang diterpa angin ....
Sambil terduduk lemah 

Ku coba kembali mengais sisa hati ....
Bercampur baur dengan debu ....
Ingin ku rengkuh ....
Ku gapai kepingan di sudut hati ....
Hanya bayangan yang ku dapat ....
Ia menghilang saat mentari turun dari peraduannya ....
Tak sanggup kukepakkan kembali sayap ini ....
Ia telah patah ....
Tertusuk duri yang tajam ....
Hanya bisa meratap ....
Meringis ....
Mencoba menggapai sebuah pegangan ....

Selasa, 22 Januari 2013

DUNIA PARA IKAN

Sebagian ikan-ikan maha besar mengenakan jas menggiring ikan-ikan kecil ke dasar samudera gelap dengan jaminan di kedalaman itu banyak plankton. Memang, ikan-ikan kecil itu tahu di sana melimpah makanan. Ikan-ikan kecil masuk ke dalam kelam, mereka diburu ikan-ikan sedang, lalu dimangsa dengan nikmatnya. Ikan-ikan maha besar itu tidak memburu ikan-ikan kecil karena bagi mereka, "tambio (bahasa Sangihe: ikan yang makan lumut batu) bukan makanan sehat di kelasnya. Tambio si ikan kecil, hanya dimakan oleh mereka yang lapar, tetapi kantongnya tidak setebal ikan maha besar. Alhasil, dari kantong-kantong ikan sedanglah, si ikan maha besar makin memperbesar perutnya.
Ikan kecil yang malang, hendak berusaha keluar dari dasar kelam, karena disana martabat terinjak-injak oleh gelap. Kesenangan hanya sementara, leher mereka dibasahi sperma ikan-ikan sedang. Ikan-ikan kecil nyaris beku dalam kesepian. Ikan maha besar berhasil "merumahkan" ikan kecil dan makin sering menyediakan plankton dari hasil kotoran busuknya yang ditenggelamkan ke dasar sapitenk. Dari hasil makanan menjadi plankton, dari hasil pemerasan menjadi kencing bir yang diminum oleh ikan kecil dalam pesta pora di remang-remang pub, di hiruk pikuk musik dan teriakan nafsu betina meraung-raung menahan nikmatnya goyangan berbagai versi.
Harapan si ikan kecil untuk keluar dari kelam dasar lautan itu sulit dapat diwujudkan. Si ikan kecil butuh makan. Si ikan sedang butuh mangsa. Si ikan besar butuh ketenaran. Jika kepala si ikan kecil melongoh ke permukaan dan hendak memandang keluar dari jendela, si ikan besar melotot kemudian mengikatnya dengan hutang budi. Ikatan yang sangat kuat bagi ikan-ikan kecil. Ikatan untuk mempertahankan siklus kehidupan bawah laut yang amat kejam. 
 
   
 
 

Jumat, 18 Januari 2013

SURAT PAPA BUAT DIRTHA

Untuk anakku Dirtha 
Di RT Bahagia Kampung Sorga


Anakku,
Tak terasa sudah hampir tiga tahun lamanya papa tak lagi membathin.
Papa sibuk nak. Sibuk mengurus mama. Maafkan papa ya!
Tentu kamu sedang dipangku oleh Tante Angel.
Sampaikan ucapan terimakasih papa ke Tante Angel.
Bilang padanya, papa akan kirim bahan bangunan buat bangun rumah Dirtha di desa Sorga.

Anakku sayang,
Tahun 2012 lalu, mama sakit, nak!
Hati mama yang sakit. Itulah sebabnya papa sibuk.
Papa bekerja keras mengumpulkan puing-puing dari rumah kita yang hancur di kota yang ditinggali mama. Kota itu sudah gelap, nak. Tiada lampu di sana. Dan mama sudah tidak bersinar lagi. Tapi papa tetap menyayanginya. Mama adalah mamamu. Mama yang baik. Mama yang papa cintai selama-lamanya.

Anakku, kata Tuhan,
Anak-anak seperti Dirtha banyak sekali di Kampung Sorga. Beberapa belum punya rumah. Termasuk Dirtha. Mendengar bisikan Tuhan, bahwa kamu belum ada bahan untuk membangun rumah, Papa dan mama lalu sedih. Karena kami berdua belum berbuat sesuatu yang baik. Padahal Tuhan selalu mengingatkan papa dan mama untuk senantiasa berbuat baik. Bertingkah-laku baik. Hidup saling mengasihi dan menyayangi. Tidak boleh menyimpan dendam dan menghindari kehidupan duniawi yang berdasarkan pada kenikmatan sesaat, karena semua itu hanya akan menghasilkan penderitaan.

Tapi papa dan mama tidak mendengar kata Tuhan.
Itulah sebabnya tidak satupun perbuatan baik yang dapat kami berdua kirimkan ke Sorga sebagai bahan untuk membangun rumahmu di sana, nak. Tapi syukurlah Tuhan itu Maha Baik. Tuhan masih memerintahkan Tante Angel untuk menjagamu supaya kamu bisa makan dan hidup layak, meski belum punya rumah.

Anakku,
Surat ini ditulis papa pada bulan Januari 2013.
Sesaat setelah mama dan papa berjumpa pasca perkelahian sengit tentang ulah mama. Penyebab sesungguhnya hanya karena papa tak mampu memenuhi semua keinginan mama yang amat banyak.

Tapi jangan kuatir anakku.
Papa sudah tahan uji. Mama datang ke kota dan kembali ke hati papa.
Berdoalah agar mama menjadi baik.
Supaya mama dapat mengirim perbuatan baiknya sebagai bahan untuk membangun rumahmu di Sorga. Hanya sejauh informasi ini saja yang papa dapat sampaikan padamu anakku. Papa akan berusaha terus menerus untuk mengumpulkan kebaikan, sedikit demi sedikit. Bersabarlah anakku.

Sampaikan rasa terima kasihku kepada Tuhan.
Papa akan mengirim surat lagi bila sudah mengumpulkan bahan buat bangun rumahmu.
Ampuni kesalahan papa dan mamamu.

 

Kamis, 03 Januari 2013

PESAN

Sudah kupilih bibit terbaik dari buah yg kutanam 2 tahun lalu. Kupelihara dalam keyakinan dan kurawat dalam ketulusan. Kini menjadi pohon dengan buah yang sedikit kebaikannya. Buah-buahnya rusak membusuk dihantam angin laut. Pohon itu menuduhku sebagai penyebab buah-buah busuknya. Sesaat nampak hendak roboh dan menimpa diriku. Apa yg harus kulakukan untuk pohon ini? Haruskah kubisikan kepada badai agar mereka menjelma menjadi angin sepoi? Tidak mungkin, sebab badai terlampau ganas.

Tak semua orang bisa sekuat yang mereka pikirkan. Pikirannya akan selalu diuji dalam tekanan yg silih berganti sepanjang menjalani hidup, hingga suatu hari ia tiba pada sebuah simpulan yang selalu dibahasakan secara verbal sebagai sebuah "kesadaran". Padahal, sesungguhnya kesadaran bukan di akhir sebuah perjalanan. Kesadaran terletak di pangkal sebuah rencana.

Biarlah kemuliaan hujan menghapus jejak yang kutorehkan di tepi pantai sebelum ombak datang melindasnya seketika.

Pastilah kita semua menghindari chaos dan selalu melahirkan order... bagaimanapun kita memulai dari kebiasaan dalam merakit nilai menjadi perahu institusi, wadah yg akhirnya membawa kita pada tujuan bermasyarakat. Berkaryalah terus sahabat-sahabatku.... Temukan modelmu dalam kepiawaian menjahit "pemberontakan" dalam dialektika kehidupan. Aku disini merakit polaku. Maju terus, maju bersama. 

Kadang menjauh dari cinta itu lebih baik, bukan karena berhenti mencintainya, tetapi untuk melindungi diri dari rasa sakit.  

RINDU

Lolongan serigala di tepi laut Bitung mengundang hadir penghisap darah, bertengkar dalam club malam tentang sebuah nista. Kemarau Timika mengusirmu kembali dengan beban seribu berat. Tiada markas sebaik rumahmu. Tiada kasih sindah ibumu. Teladan jejaknya tak kau hiraukan. Hanya aura ayah dari selatan yang menghadirkan air mata kutukan di negri yang dibangun ibumu dengan martabat mulia. Di sana ia terus melambaikan tangan pertanda harap engkau kembali ke pangkuannya.

Kepada ilalang pangiang sampaikan salamku kepada daun jati di perkebunan pandu. Kepada rumput bukit pandu, titip rindu buat daun pisang pangiang. Lupakanlah darunu, bila kabut telah menutup langit jingga pantai patuku. Biarkan panas Makalehi terus membara dalam dada kaum tertekan yang sebentar lagi menjadi gembira sorak kemenangan di teluk tahuna. Karena kemanapun aku selalu memelukmu, hingga engkau kembali lagi ke peraduan dua bersaudara.

Lalu mengapa engkau terus berlari dalam suram yang gelap sambil berteriak dendam sehasta demi sehasta. Menumpulkan pasir-pasir baja-baja panas yang membakar dirimu hingga tak berasa. Dalam segala durhakamu, kutunggu kau di titik nol.