Jumat, 30 Agustus 2013

SKETSA RESAH

usai ceritamu, aku berdoa ke langit lapis tujuh
agar selalu bertemu engkau
tapi aku kehilangan dikau
juga jejak menuju gang dulu bernama rindu
meski ke situ aku setia mengantar mengenangmu
kini tak lagi kutemukan bayang senyummu
selain kepedihan daundaun luruh
resah batubatu hitam dipeluk sunyi
tanpa angin dulu mengibas rambutmu

ke mana pergi dikau cintaku
dibawa silam merentang kafan pada serpih rindu
menitminit tak lagi klenengkan suara genta setiap nada hatimu
meski berkalikali aku ingin bersua denganmu di gang itu
hatiku tak lagi mengenal keindahan gerak jiwamu
selain sketsa resah menghadang dari pintu gang
hingga ke ganggang gelap dalam jiwaku

sepanjang jalanan berkalikali kuraih jumputan angin
sambil berharap bertemu bau tubuhmu
kutemukan bau asing tak kukenal

kemana pergi dikau cintaku
dalam kebencian yang tibatiba mendepak engkau dari aku
aku mencarimu dalam perasaan terluka
aku mencarimu cintaku
kemana pergi dikau

Selasa, 27 Agustus 2013

YANG TUMBUH DI SEKUJUR MALAM

bisikan-bisikan itu tak akan pernah kudengar lagi
kisah itu pun telah berhenti menjadi sebuah dongeng
tentang mawar atau duri yang tumbuh di sekujur malam

kini, perempuan itu telah pergi, melepas sayapnya
kembali berkubang di kedalaman liang malam
mungkin di sana memang tempatnya berdiang
menikmati keluhan dengan erangan panjang

bisikan-bisikan itu tak akan pernah lagi kubaca
sekalipun dalam bahasa napas puisi
sebab bagi perempuan itu semua adalah petualangan

aku akan mengenakan sayap, jika akan terbang, bisiknya
seraya menanggalkan setiap impian pada sayapnya
hingga impian itu menyeberangi malam menuju fajar
hingga terbakar di sana dengan tawanya yang lebar

sejak saat itu, perempuan itu, mengatup rapat mulutnya
dari setiap dongeng dan impian dari sebuah dunia nyata
karena di sana dirinya hanya sesosok bayangan

Karya: Remmy Novaris 

Minggu, 25 Agustus 2013

TERKUBUR

Sebaris jejak yg tak pernah lusu
Diterbangkan angin diterjang terik
Meski tinggal serpih dalam ratus keping
Masih kukenali pias rupamu 
di antara desing waktu yang memar
Antara merajut rekah luka silam 
dan sebait kehendak menyulam rembang esok
Tak harus ada sengketa juga amarah
Semua telah terkubur sekuat kita mencampakannya


Kamis, 22 Agustus 2013

TERGETAR

ku selalu tergetar seperti gemuruh lindu
Saat menapak baris ingat tentang pagutanmu
Ketika hari menjadi panas isi kepalaku ikut membara
Merekareka waktu yg masih berkerumun di benak
Kenapa masih ada ujud ingatan itu
Yang slalu buatku senyap sedalam samudera
Kenapa masih selalu muncul
Sebaris tatapmu yg nyalang
Ketika dengan sepenuh hasrat ku berpacu di atas hangat dekapmu
Ini siang keseribu yang menusuk ingatku


Selasa, 20 Agustus 2013

HARI-HARI WAJAHMU

Kau adalah sepenggal waktu yg singkat
dengan kesan yg teramat dalam
berdiam di dasar batinku
sekuat gemuruh ombak hempaskan karang
dan kau adalah cerita yang tak pernah usai dikisahkan
Jika harihari ini kuberusaha menepismu
Harihari ini juga lembar wajahnya terngiang
Menembus hayalku dan semua tentang hangat hadirmu


SEKILAS AROMAMU

Begitu cepat waktu berlalu 
saat kau jauh dari rasa cintaku 
dan ku merisaukan saat mau ingin dekatmu 
Saat senja berlalu dan selembar malam luruh
kembali selembar wajahmu jatuh di jiwaku

ada bayanganmu di mataku 
dan senyummu membuatku rindu

Kuhirup aroma seperti harummu 
penuhi sgala rasaku
dan ketika sekilas itu terhirup
aku mencaricari wajahmu
di semua penjuru
meski kemudian sadarku 
jika kau telah raib jauh 
Wewangian itu mengusik bathinku
hanya oleh sesaat angin 
menghanyutkannya di sampingku




Minggu, 18 Agustus 2013

KENANGAN SEBUAH PETANG

kenangan tentangmu adalah ribuan siput
menyerap batang di sebuah petang, hingga malam
meliang pada semua rongga ingatan akan pesisir ini
dengan sejarah pasir yang dulu melumurimu

semua begitu saja tersibak saat ombak jauh menyurut
dari pemandangan rumah cangkangcangkang itu

kau masih di sini ternyata dalam puluhan tahun yang runtuh
berharap laut terbelah buat melanjutkan perjalanan dulu tertunda
kendati tiangtiang tanggul penahan ombak tak lagi menyimpan jejak
kesakitan yang kau endap

bagaimana kau membebat pulaupulau di depan kota
yang terus berubah ini, hingga tetap saja melankoli
seperti warna pipimu ketika pertama kali kusentuh
di tepi hari yang begitu utuh kau seduh

tibatiba aku ingat beberapa frase pesanmu:
“cintai aku di setiap ziarahmu ke pesisir ini
aku selalu di sini pada helaihelai dedaun yang tumbuh
bila nanti aku telah ke langit
selembar sayapku akan selalu di sini
buat kau terbang mengikutiku
atau setidaknya mampirlah di akhir mimpiku”

sesaat dan mungkin berabadabad
akan kusisakan airmata seihklas laut dengan warna celedoninya
ia yang merawat segala terindah pernah kau pahat
tepat di lubuk, dimana cintaku berhulu
Pantai Talawid - Siau Barat Selatan - Sitaro, Maret 2013

 Pantai Budo - Minahasa Utara, Januari 2011
 Hutan Bakau di Pulau Buhias, April 2013

SEBAIT LARA

Telah kularungkan semua tentangmu
Agar tak ada apapun jejak yang mempertautkan kita
Seperti ketika hujan menghapuskan rekah debu oleh dera mentari
Usailah segala yang pernah kita anggap sebagai cerita
Dan ijinkan ku melihat segalanya 

sebagai silam masa dalam rentang waktu
Biarkan semua jadi sebait lara


Sabtu, 17 Agustus 2013

SELEMBAR INGAT

Ada seribu sepi menari di puncak hati 
saat selembar parasmu melintas 
Desir angin ditimpa gemericik daun ketapang 
Bagai dendang pantai penuhi tak berdayaku 
oleh dahaga akanmu 

Dan ku selalu harus menindih ribu senyap itu 
Walau dalam diam perih ini menyalipku 
Mencaricari ruang untuk menepis kehampaan 
oleh raibmu



Rabu, 14 Agustus 2013

IJINKAN AKU MENGINGATMU

Ijinkan ku sekali lagi mengingat wajahmu
menelusuri jejak waktu kala tangis juga tawamu meriap
di beranda senyap yang selalu buatku betah
mendengar cerita juga menatap matamu
dan kau biarkan tanganku merayap
hingga diam dan nafasmu memburu
kelokan jalan yang menanjak
dan gugur daun akasia
semua telah pergi mengering
di sudut waktu
sambil kita melupakannya satusatu.

 

IHWAL ANAK-ANAK

Anak-anakmu bukanlah milikmu!
Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri
Mereka terlahir melalui engkau tapi bukan darimu
Meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu 
Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan pikiranmu
Karena mereka memiliki pikiran mereka sendiri 
Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh tapi bukan jiwa mereka,
Karena jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok, yang tak pernah dapat engkau kunjungi meskipun dalam mimpi
Engkau bisa menjadi seperti mereka, tapi jangan coba menjadikan mereka sepertimu
Karena hidup tidak berjalan mundur dan tidak pula berada di masa lalu
Engkau adalah busur-busur tempat anak-anakmu menjadi anak-anak panah yang hidup diluncurkan
Sang Pemanah telah membidik arah keabadian, dan Ia meregangkanmu dengan kekuatannya sehingga anak-anak panah itu dapat meluncur dengan cepat dan jauh...
Jadikanlah tarikan tangan sang Pemanah itu sebagai kegembiraan,
Sebab ketika Ia mencintai anak-anak panah yang terbang,
maka Ia juga mencintai busur yang telah meluncurkannya dengan sepenuh kekuatan. ~
[Kahlil Gibran]
 

Selasa, 13 Agustus 2013

IA HANYA INGIN CINTA

di sebuah jalan setapak yang sunyi aku
dan kau masih sempat berpeluk dingin malam
ketika cinta hendak rontok dari pohonnya
sangat terasa di jantung kita
cinta kasih seperti daun ditiup angin
dendam tak diharap setelah perpisahan itu
meski tangisnya tak mengeluarkan sebutir airmata
karena sumur di matanya telah kering

Pun cintanya
pipinya yang tak pernah lembut
sementara kumis ubanan masih menempel
di dinding hatinya yang keriput
terlalu usang untuk kembali riang
merangkai kisah yang sudahsudah

dengan gontai cintaku pergi ke bilik tangisnya
di sebuah gedung yang dibuat dari peluh kasih berdua
yang sebentar lagi akan menjadi rumah kebahagiaannya
kemudian mengunci rapat isak bibirnya di sudut kamar

ia hanya ingin cinta
tanpa tekanan
ia hanya ingin merdeka dari rasa malu yang panjang
lalu tega dipisahkannya hati dan jantung dari kehidupan
sambil berharap duapuluh menit
sebagai duapuluh tahun masa menunggu
setidaknya cinta bersua jiwa.
   

14 Agustus 2013
03.03 wita Meras-Cempaka  
 

SEANDAINYA KAU PULANG

aku tahu kau ingin pulang
menemui semua yang kau rindukan

pulau, jejak ibunda, sanak keluarga
mungkin juga ada sosok kau sebut cinta

sudahkah kau punya peta tentang sisi jalan
jalan yang sudah lama kau tinggalkan
hingga kau temukan lagi marka, silsilah, artefak dan…
semua kenangan yang kini tak lagi kau hafal. kecuali laut itu

di laut itu keteguhan tinggal ada pada gelombang
dan kelenjarkelenjar ombak menjalar hingga ke ujung petang
mengabadikan rupa warna paling kau kenang dari tawa ibunda
juga lambaian orangorang pada pesta perpisahan

selebihnya, tinggal reruntuhan berhamburan
ke lantai samudera paling gelap
dengan sejarahnya yang telah lama ikut tenggelam

mungkin kau akan ingat musim ketapang berbuah
atau tarian dedaunan pandan di harihari berangin
perahuperahu melabu dan pergi membiar bandar sepi
seakan pulau ini kekasih ihklas menanti

kecuali bebunyi hujan menakutkanmu di masa kecil
semua telah berubah lebih menakutkan lagi
seperti bunyi mesin gergaji menumbang kenangan terakhir
dari semua pangkal yang akan kau sesali
bila tiba nanti

pelepah pinang tempat burung burung meniti
pun telah mengering menanti kau kembali
menyiangi benih di petak ladang peninggalan moyang

padahal seperti ibunda, mereka ingin di sana ada nyanyi kepodang
yang selalu kau puisikan untuknya
dalam metafora burung bersayap kuning keemasan
yang pandai mengulang segala yang indah di nadi saman

di enemawira pasirpasir pesisir itu menyimpan bau garam
buat semua mimpimu yang sempat karam
katamu akan kau asah lagi di ketajaman karang

kini musimmusim menumbuhkan lumut ke bahu bukit batu
ke tiangtiang mercusuar. perahumu belum juga datang

seandainya pun kau datang, puisi apa yang akan kau tuliskan
di tengah pulau yang ramai dengan pemandangan makam


 
Karya dari sahabatku: Iver Tinungki