DUNIA PARA IKAN
Sebagian
ikan-ikan maha besar mengenakan jas menggiring ikan-ikan kecil ke dasar
samudera gelap dengan jaminan di kedalaman itu banyak plankton. Memang,
ikan-ikan kecil itu tahu di sana melimpah makanan. Ikan-ikan kecil
masuk ke dalam kelam, mereka diburu ikan-ikan sedang, lalu dimangsa
dengan nikmatnya. Ikan-ikan maha besar itu tidak memburu ikan-ikan kecil
karena bagi mereka, "tambio (bahasa Sangihe: ikan yang makan lumut
batu) bukan makanan sehat di kelasnya. Tambio si ikan kecil, hanya
dimakan oleh mereka yang lapar, tetapi kantongnya tidak setebal ikan
maha besar. Alhasil, dari kantong-kantong ikan sedanglah, si ikan maha
besar makin memperbesar perutnya.
Ikan kecil yang malang, hendak berusaha keluar dari dasar kelam, karena disana martabat terinjak-injak oleh gelap. Kesenangan hanya sementara, leher mereka dibasahi sperma ikan-ikan sedang. Ikan-ikan kecil nyaris beku dalam kesepian. Ikan maha besar berhasil "merumahkan" ikan kecil dan makin sering menyediakan plankton dari hasil kotoran busuknya yang ditenggelamkan ke dasar sapitenk. Dari hasil makanan menjadi plankton, dari hasil pemerasan menjadi kencing bir yang diminum oleh ikan kecil dalam pesta pora di remang-remang pub, di hiruk pikuk musik dan teriakan nafsu betina meraung-raung menahan nikmatnya goyangan berbagai versi.
Harapan si ikan kecil untuk keluar dari kelam dasar lautan itu sulit dapat diwujudkan. Si ikan kecil butuh makan. Si ikan sedang butuh mangsa. Si ikan besar butuh ketenaran. Jika kepala si ikan kecil melongoh ke permukaan dan hendak memandang keluar dari jendela, si ikan besar melotot kemudian mengikatnya dengan hutang budi. Ikatan yang sangat kuat bagi ikan-ikan kecil. Ikatan untuk mempertahankan siklus kehidupan bawah laut yang amat kejam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar