aku tahu kau ingin pulang
menemui semua yang kau rindukan
pulau, jejak ibunda, sanak keluarga
mungkin juga ada sosok kau sebut cinta
sudahkah kau punya peta tentang sisi jalan
jalan yang sudah lama kau tinggalkan
hingga kau temukan lagi marka, silsilah, artefak dan…
semua kenangan yang kini tak lagi kau hafal. kecuali laut itu
di laut itu keteguhan tinggal ada pada gelombang
dan kelenjarkelenjar ombak menjalar hingga ke ujung petang
mengabadikan rupa warna paling kau kenang dari tawa ibunda
juga lambaian orangorang pada pesta perpisahan
selebihnya, tinggal reruntuhan berhamburan
ke lantai samudera paling gelap
dengan sejarahnya yang telah lama ikut tenggelam
mungkin kau akan ingat musim ketapang berbuah
atau tarian dedaunan pandan di harihari berangin
perahuperahu melabu dan pergi membiar bandar sepi
seakan pulau ini kekasih ihklas menanti
kecuali bebunyi hujan menakutkanmu di masa kecil
semua telah berubah lebih menakutkan lagi
seperti bunyi mesin gergaji menumbang kenangan terakhir
dari semua pangkal yang akan kau sesali
bila tiba nanti
pelepah pinang tempat burung burung meniti
pun telah mengering menanti kau kembali
menyiangi benih di petak ladang peninggalan moyang
padahal seperti ibunda, mereka ingin di sana ada nyanyi kepodang
yang selalu kau puisikan untuknya
dalam metafora burung bersayap kuning keemasan
yang pandai mengulang segala yang indah di nadi saman
di enemawira pasirpasir pesisir itu menyimpan bau garam
buat semua mimpimu yang sempat karam
katamu akan kau asah lagi di ketajaman karang
kini musimmusim menumbuhkan lumut ke bahu bukit batu
ke tiangtiang mercusuar. perahumu belum juga datang
seandainya pun kau datang, puisi apa yang akan kau tuliskan
di tengah pulau yang ramai dengan pemandangan makam
Karya dari sahabatku: Iver Tinungki
Tidak ada komentar:
Posting Komentar