Sabtu, 03 November 2012

RETAK

Aku menikahi gitar dan hujan di pagi dan senjaku
Seperti benang tipis rapuh di antara aku dia dan kau
Dalam musik aku melatunkan kematian
Menunggu lobang untuk diisi
Seperti hujan terhempas pecah

kemudian menyatu dalam tanah

Nadi kota terus meletup
Tapi keremangannya membuat aku gugup
Sajaksajakku menikam
Uluh hatiku yang membentang di dawai ini
Darah yang asing menetes di lentik jemari
Menyamarkan bayanganku dipantulkan neck
Yang terus membariskan komposisi
Detak hati dari sebuah simphoni

Capricho Arabe, cabikan dramatis ini
Adalah musik dalam siang beku
Di tepi, awan memendung
ketakutan itu menyentuh kulitku

Aku mengakrabi orkestrasi matamu
Menitikan sembab, seperti hujan kau puja
Dalam metafora sajaksajakmu
Dan di depan nisan
kau mendongak ke langit
berharap seseorang bicara padamu
dari balik awan yang terus bergerak
membawa bayangan waktu

Dapatkah aku kembali menjadi diriku
Ketika sajaksajak menghunuskan pedang
Loronglorong begitu akrab, menjadi asing
aku menatap orang-orang di jalanan
tapi diriku sebuah masa lalu

bila sajak tidak berasal dari kata
kerna hati membuat ia berterah
kuingin menjangkau keindahan tertinggi
pada setiap makna yang selalu retak ini
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar