Sabtu, 06 Februari 2010

DARI PENYAIR BUAT CINDERELA

banyak orang menyebut aku penyair. padahal aku tak punya
kata untuk meyakinkan dan mempertahakan dia. aku bertemu
dia dalam metafora tanpa kata. ia pun terlalu mulia bila kuperangkap
dalam imaji sebuah karya. hujan telah mengabadikan irama
kesedihannya dalam hatiku setiap kali ingin kuraih bayangnya
yang senantiasa lenyap seperti fatamorgana. tapi aku tak pernah
berhenti mencari dia di jalanan itu hingga pada sebuah etalase
di tepi mimpi. di sana moga aku bisa memeluknya
meski tak bisa memilikinya.

banyak orang menyebut aku penyair. dalam puisiku dunia bisa
semata sayap kata dari bagian suatu bait. tapi aku tak punya
sebaris larik buat meraihnya kecuali perih menyayat dalam
stanza-stanza sedih

banyak orang menyebut aku penyair. tapi aku hanya punya sedikit
memori dari segala yang banyak aku ketahui. cintanya memberi
pandangan lebih luas dari segala yang sedikit aku pelajari. dan Tuhan
selalu punya sepasang manusia buat dipertemu dalam ayat-ayat pedih

dalam cintanya telah dirangkainya air mata yang di suatu malam
pedihnya mengemas hatiku pada sebuah kotak hampa udara.
seperti ikan aku berenang ke dasar samudera pedih itu. menyusur
palung senyap dalam gigil beku. di atasnya kapal-kapal menderu.
burung-burung mengangkasa dalam migrasi ke negeri jauh. aku tak
punya sayap mengejarnya. kecuali melambai meski ia tak menoleh
sedikitpun

banyak orang menyebut aku penyair. tapi aku tak punya sajak yang
bisa menjaga agar aku tak terdampar di pantai hidupku yang hanya
bisa mengabadikan nyanyian angina. aku pun tak punya sepotong
syair untuknya. kecuali kata-kata yang berderet mengaguminya
tanpa henti hingga hening menidurkan ribuan mimpi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar