Rabu, 17 Februari 2010

KALAU BINCANGKAN KEMAREN

Tak usah sebut Renoir, Timmy, Lukas, atau Nick
Kalau mereka bernama batu
Meski ruang penuh kelip itu masih menyisahkan musik
Bersama seribu nelayan memburu matahari
Carilah tasikmu
Sebab setiap manusia punya angin
Daun gugur dan musim
Burungburung bernyanyinyanyi
Menjemput melepas hari
Dalam rindu ke rindu s’lalu

Kerna reranting setia menyediakan titi bagi Nuri
Kelelawar, elang, dan segala yang ingin berdiri
Menegaklah selagi masih ada semangat
Memetik esok di antara segala kota
yang tiang penjurunya tertanam di jiwamu
Kita memang penumpang bagasi ketika senja
Mendengar deru dan lagu samar
Tapi sebentar, setiap orang selalu punya tujuan
Untuk mandi atau mencuci muka
“manusia memang selalu penat entah oleh apa,
dan kita mesti menamainya”
Apakah aku dapat menciummu?
Seperti anak-anak menyirami kecamba
Hingga sebelum ajal mampir di mimpi
muncul kelopak, dan bayang-bayang bunga
sebab yang kemaren itu selalu sejarah
buku-buku tua di museum
hanya untuk pengelana tak kenal rimba
Beristirah bukan berarti berhenti
Selagi ingin, kau boleh mampir
Di negeri mana kakimu pergi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar