Sabtu, 06 Februari 2010

SETELAH LAKON PERTAMA

kau mencuci rambut
mencuci duka lakon itu
meski gincu masih bekaskan darah
di antara kening dan jidat
karena derita tak pernah pergi
ketika kita ingin meraih harapan

dering telpon masih menggemah
percakapan masih riuh dalam jiwa
membaca balada setiap langkah
saat matamu memar mendekab jiwaku
yang liar
kita pun menepi ke sudut ruang
mendengar detak dada
ejakan kata entah bermakna apa
tiba-tiba kita sama katakan itu cinta
sambil berjanji takkan ada lambaian tangan
agar bus terakhir hanya kita penumpangnya

saat senja naik
kita berpisah di lobi
gincu yang membekaskan darah
di antara kening dan jidat itu
meninggalkan perih di ruang hatiku
laksana kibaran gaun hitam ditiup angin
ketika kau melintas menuju ramai jalanan
jalanan yang selalu saja menyiapkan kelokan
untuk kau memilih tujuan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar