Rabu, 17 Februari 2010

Tatimongan *)

Naiang batubatu
o, Medorong si upung dellu
o, penembali
penembali su wanua

wahai penguasapenguasa
doakan rakyatmu
doakan doa di atas doa
ia yang beri kau kuasa
doakan kesusahannya

wahai para arif bijaksana
beri rakyat kehidupan
beri kehidupan hidup di atas hidup
pada dia yang beri kau kehidupan
beri jalan ia bertemu kesejahteraan

kepada siapa rakyat berkeluh kesah
kepada siapa rakyat memohon keadilan
kepada siapa rakyat meminta tuntunan
bila kehidupan diambil dan dipinggirkan
dipinggirkan dipinggirnya pinggir

o, penguasapenguasa, e
o, para arif bijaksana, e

bila rakyat risau
bila rakyat hampa
bila negara dianggap bencana
ia akan pergi meski tak tahu entah ke mana
pergi entah kemana pergi

o, mohon yang di langit, e
o, besertalah
bersertalah penyertaan
berpuncaklah doa di langit doa
di puncak sembahyang
kiranya meniti di air asin
kencana di lautan emas



*) Tatimongan adalah syair doa pengharapan (penolak bala) orang Nusalawo. Tatimongan biasanya dinyanyikan saat hati merasa putus asa. Sastra Titimongan yang terindah dari abad XIII karya putri Kulano Wowontehu, Uringsangiang berjudul: “Tatimongan Umbolangi”. Syair itu dituturkannya saat Bininta (perahu) kerajaan yang ditumpanginya hanyut terbawa arus angin selatan. Dalam Tatimongan-nya ia memohon agar ayah ibunya serta rakyat kerajaan mendoakan keselamatannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar