Rabu, 17 Februari 2010

PUISI-PUISI VALENTINE

Aime itu Kau (8)


selalu kukatan aime itu kau
sebab sajak-sajak cintaku mencarimu
pada setiap serpih kabut
jedah dan jarak pun bukan kekhawatiran
karena ia bisa menyeberangi dunia
meski terasing dari norma pasal-pasal perisai manusia
ia memang mencari ruang bagi hatinya bermukim
Itu sebabnya kukatakan:
aime itu kau

datanglah padaku aimeku
datanglah kebilik hati menantimu
kau boleh memilih lagu kesukaanmu
mengiring perginya syair-syair pedih
karena aime itu
kau









Jedah Malam (7)

tiba-tiba aku ingin bertanya apa warna kamarmu
saat malam berkabar tubuhmu kau biar berselimut dingin
adakah kursih di ruang itu untukku
setiap kau buka mimpi perjalanan ke negeri teduh

aku selalu hanya sampai di ujung gang
(Seperti kemarin dan mungkin abad depan)
lalu kau lipat aku seperti surat-surat kerinduan hatimu
yang lalulalang di padang savana liar dan beku

burung malam di sini risau
dengan sebilah pedang ia menantang
lalu berusaha membunuhku

waktu bergerak pada weker pun tak berterima hadirku
sunyi menjengkelkan itu
membanting hatiku hingga cairannya berceceran
di celah-celah batu, dilindas kegelapan





Andai Boleh Berkirim
Surga Padamu (6)

sudah kukemas bertera namamu
meski alamatmu senantiasa terhapuskan hujan saban senja
tukang pos tak lagi lewat
tapi sudah kukemas
andai boleh berkirim surga padamu

andainya pula sampai, bukalah
putarlah seperti radio
surga itu akan bernyanyi-nyanyi tentang dahan, daun gugur
dan rindu mengisi mata kosong
atau berita-berita lain yang membuat lelaki itu tercecar

setiap jenak dari dalamnya
akan keluar malaikat-malaikat perkasa
menyusun cinta buat rumah duka
tanpa pelayat





l92585 Mimpi Seorang Boca (5)


itu kelana dunia hitam putih
tanpa jedah getir
meski raung angin menimbulkan gelombang
dan cabang catus tua rontok ke tanah
di gendongan cinta
siapakah yang bisa mengalahkan keindahannya





Dahan-Dahan Cemara (4)

ratusan kilometer baru aku sampai padanya
memandang dahan-dahan cemara bergetar
derai air kuala mengusik sepi batu-batu
suatu ketika aku akan membawamu ke sini
ke keindahan sunyi hutan hijau

kota itu bringas dan licin
ludah air mata bercecer sepanjang jalan
lurus menikung

aku akan membawamu keluar
seperti elang merantau
mencari negeri-negeri di mana hujan selalu turun

hinggaplah kita di dahan-dahan cemara itu
seperti malaikat natal
agar di bawahnya
anak-anak kita akan bertemu kado membahagiakan






Membaca Sunset Di Sepotong Hati (3)

aku melihat cinta sangat merah masuk ke hatimu
denyarnya di pantul matamu menjadi kedip bintang
dan cahya bulan
ketika lampu-pampu jalanan itu mulai nyala
impresimu kian nyata
kau
adalah
wajah
diselip Tuhan
Pada
setiap
doaku
pagi petang







Biduanita Sajak-Sajakku (2)

dalam sajak-sajaku engkau bernyanyi
dengan syair-syair membawa pergi hatiku
berlayar bersama cinta hinga ke negeri moksa
aku memandangmu dari bawah panggung tanpa kedip
sebagai pengagum aku mengidolai dikau

aku selalu mencari sebentuk senandung dalam desing keributan
karena aku ingin tetap menuliskan getar terindah dari suaramu
dalam kata-kata yang pendek aku berusaha klenengkan genta
mengiringi perjalanan hatiku kepadamu

jarakmu hanya beberapa hasta dari doaku
tapi aku selalu tak punya cukup langka menggapai dikau
berat oleh kepercumaan yang sia-sia dari silam tak kukenal
dalam sajak-sajakkulah kuhidupkan engkau
agar selalu kutemui dikau dalam denting lagu
yang selalu kau nyanyikan bagi pengantar perjalanan kematianku





Penyair Sang Cinta (1)


telah kurekatkan tanah retak itu
buat jalanan kata sampai pada cinta, pesan hujan
kepada penyair yang gelisah merangkai rindunya
di sejumlah huruf dalam imajinya

telah kupendarkan cahaya di lorong itu
buat syair bertemu salam hangatnya pada cinta, pesan bulan
kepada buat penyair yang teriris nestapa
berterbangan di atas kuburan kenangannya

telah kuwangikan segala impian itu
buat kekalkan baris-baris sajak asmara, pesan bunga
kepada penyair yang tercekat sepi
dipermainkan beku malam teramat suram

terima kasih atas cinta
meski adanya senantiasa di balik air mata, balas penyair
kepada hujan, bulan dan bunga yang gelisah teriris sepi
dalam masing-masing keindahannya tanpa kata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar