Sabtu, 06 Februari 2010

DI DEPAN BALAI KAUKAH ITU

di depan balai
ketika batu-batu bergerisik
aku selalu berujar, kaukah itu?

sekali
berkali-kali
mungkin abadi
aku menanti bayanganmu di sana
lalu kita pergi mengziarahi abad tak bernama
bercumbu di tepi sambil menghitung perahu
datang pergi di bilik hati
kemudian hening

kadang kucari engkau dalam sejumput bayang
berlalu lalang di jalanan
dari petang hingga malam
tapi kabar kudapat
kau berada di suatu abad

aku berdiri di depan balai itu sebagai laki-laki
lelaki tua oleh rindu
menghitam dalam waktu dan jarak
tetapi s’lalu terilhami dirimu
datang dalam gerisik batu-batu
aku kembali berujar, kaukah itu?

betapa kangen ini serupa magma
meledak didasar bumi
melemparkan asap ke gemawan
yang di esok hari moga menjadi hujan
di kolam tempat kau membasuh diri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar